Di dalam perangkat fire alarm system, tugas untuk mendeteksi berbagai gejala kebakaran tersebut telah menjadi tugas dari komponen fire detector. Fire detector atau detektor kebakaran ini sendiri merupakan komponen yang pada umumnya dipasang di langit-langit dan memiliki cara kerja otomatis untuk mendeteksi berbagai gejala yang sesuai dengan jenis detektor kebakaran tersebut, seperti misalnya detektor kebakaran jenis heat detector (detektor panas).
Heat detector atau detektor panas merupakan salah satu jenis detektor kebakaran yang paling banyak diaplikasikan dalam rangkaian kontruksi perangkat fire alarm system. Pada umumnya, di pasar sistem fire safety, komponen heat detektor tersebut disediakan dalam dua jenis desain yang berbeda, yaitu fixed heat detektor dan juga rate of rise heat detector. Kedua jenis heat detektor tersebut tentu saja mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga masing-masing memberikan keunggulan dan juga memiliki kekurangan masing-masing yang dapat dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan detektor panas pada bangunan Anda.
Cara Kerja Rate of Rise Heat Detector, lebih bagus diaplikasikan untuk ruangan apapun
Berbeda dari cara kerja fixed heat detector yang memang telah didesain untuk pendeteksian tingkat suhu tertentu yang permanen atau tetap di mana fixed heat detector baru akan aktif dan mengirimkan sinyal notifikasi ke komponen utama control panel hanya apabila suhu ruangan telah mencapai titik tertentu, misalnya 68, 70, atau 92 derajat Celcius, cara kerja rate of rise heat detector memiliki sistem kerja yang cenderung lebih fleksibel dan peka terhadap kenaikan suhu.
Heat detector dengan tipe rate of rise memiliki sistem kerja di mana komponen heat detector rate of rise tersebut akan aktif dan mengirimkan sinyal notifikasi ke komponen control panel kapan pun detector menangkap kenaikan suhu ruangan sekitar 12 hingga 15 derajat Celcius lebih tinggi dari suhu ruangan semula. Dengan demikian, maka penggunaan heat detector jenis rate of rise pun dapat diaplikasikan untuk ruangan atau jenis bangunan apa pun, seperti misalnya ruang kamar, ruang aula, atau ruang dan bangunan yang memiliki rutinitas kegiatan yang mampu menghasilkan suhu tinggi, karena rate of rise heat detector tidak bekerja dengan patokan suhu tertentu seperti fixed heat detector.
Selain mampu menangani perubahan suhu yang meningkat secara ekstrem dan mampu digunakan untuk ruangan yang memiliki suhu tinggi, heat detector jenis rate of rise juga dapat digunakan untuk ruangan yang memiliki suhu rendah sekalipun. Kepekaan detektor rate of rise ini merupakan hasil kerja dari beberapa thermacouple (termistor) yang ada pada komponen heat detector jenis rate of rise, di mana thermacouple-thermacouple tersebut masing-masing memiliki tugas untuk memonitor suhu panas yang telah ditransfer oleh radiasi ataupun konveksi, sedangkan thermacouple lainnya bertugas untuk mendeteksi suhu pada ruangan sekitar sehingga komponen heat detector tersebut akan merespon ketika thermacouple tersebut bekerja dan menyensor kenaikan suhu yang dimulai dari peningkatan sebesar 12 hingga 15 derajat celcius dari suhu normal sebelumnya.
Kelebihan lain yang bisa Anda temukan pada heat detector jenis rate of rise adalah harga komponen yang ternilai lebih ekonomis dengan kemampuan jangkauan ruangan yang lebih luas, yaitu seluas 50 meter persegi dengan tinggi langit-langit atau plafon mencapai 4 meter untuk satu detektor rate of rise. Namun, detektor ini juga dapat diaplikasikan untuk tempat yang lebih tinggi namun daya jangkauannya akan berkurang hingga hanya sekitar 30 meter persegi. Namun, sangat disarankan untuk tidak mengaplikasikan heat detector jenis rate of rise ini dengan ketinggian yang melebihi 8 meter. Terlebih untuk petunjuk Instalasi, kontraktor harus tetap mematuhi standar kebijakan yang berlaku di Negara tersebut. Jika di Indonesia, rujukan yang paling tepat adalah SNI 03-3985-2000 : Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.