flame detektor

Flame Detektor, kenali spesifikasi dan cara kerjanya

flame detektorBencana kebakaran timbul akibat beberapa sebab seperti gangguan pada jaringan listrik maupun alat elektronik. kebakaran juga dapat timbul dari cairan yang mudah terbakar seperti bensin, lemak minyak, kebocoran gas dan material maupun logam yang juga mudah terbakar. Bentuk industri yang memiliki tingkat kemungkinan yang tinggi terhadap risiko terjadinya kebakaran adalah industri minyak dan gas serta industri-industri manufaktur. Bentuk industri seperti di atas tersebut sangat tepat untuk mengaplikasikan bantuan peralatan perlindungan kebakaran, mulai dari sistem detektor hingga sistem pemadam.

Salah satu detektor yang memiliki fungsi terpenting adalah detektor api atau yang biasa disebut dengan Flame Detector yang mampu mengaktifkan alarm bila mendeteksi adanya percikan api yang berisiko menyebabkan bencana kebakaran. Namun, saat memilih Flame Detector, pengguna diharuskan telah benar-benar paham atas prinsip dari alat detektor tersebut dan meninjaunya demi mendapatkan Flame Detector yang sesuai dengan aktivitas di dalam lokasi dan tingkat kebutuhannya, serta bagaimana konsekuensi risiko yang mungkin terjadi.

Prinsip Flame Detektor tersebut menggunakan metode optik yang bekerja seperti UV (ultraviolet) dan IR (infrared), pencitraan visual api, serta spektroskopi yang berfungsi untuk mengidentifikasi percikan api atau flame. Reaksi intens bahan yang memicu kebakaran dapat ditandai dari UV, terlihatnya emisi karbondioksida, dan radiasi dari infrared. Flame Detector juga mampu membedakan antara False Alarm atau peringatan palsu dengan api kebakaran sungguhan melalui komponen sistem yang dirancang dengan fungsi mendeteksi adanya penyerapan cahaya yang terjadi pada gelombang tertentu.

Tingkat potensi risiko kebakaran dari setiap jenis bahan semakin meluas mengingat semakin canggihnya teknologi penginderaan api atau teknologi Flame Sensing. Pada umumnya bahan bakar industri yang tergolong mudah terbakar antara lain: bensin, hidrogen, belerang, alkohol, LNG/LPG, minyak tanah, kertas, disel, kayu, jet bahan bakar, tekstil, ethylene, dan pelarut.

Teknologi Flame Sensing yang umum digunakan adalah teknologi Visual Flame Imaging, UV atau ultraviolet, MSIR atau Multi-Spectrum Infrared, dan UV/IR yang merupakan gabungan dari ultraviolet/infrared. Keempat teknologi tersebut dirancang berdasarkan dengan deteksi radiasi line-of-sight yang berasal dari visible, UV, hingga IR spectral bands oleh percikan api.

Untuk memilih di antara empat teknologi tersebut, penting sekali untuk memenuhi persyaratan mengenai aplikasi pemantauan api, termasuk di dalamnya adalah jangkauan deteksi, durasi waktu merespon, FOV (Field of View), dan kekebalan terhadap false alarm tertentu, serta self diagnostik.

Jenis Flame Detektor

UV Flame Detektor

Flame Detector dengan teknologi ultraviolet mampu merespon radiasi dengan kisaran spektral mulai dari 180 hingga 260 nanometer. Kemampuan respon teknologi UV tergolong sangat cepat, begitu pula tingkat sensitivitas yang sangat baik dalam range 0 sampai 50 kaki. Teknologi UV memiliki respon sensitif terhadap lampu halogen, busur pengelasan, serta petir dan muatan-muatan listrik lainnya.

UV/IR Flame Detektor

Detektor dual band dibuat saat sensor infrared diintegrasi oleh sensor optik ultraviolet. Detektor dual band tersebut bersifat sensitif baik terhadap radiasi yang berasal dari ultraviolet maupun radiasi infrared yang dihasilkan oleh pancaran percikan api. Kombinasi dari UV dan IR tersebut memiliki tingkatan kekebalan lebih tinggi selama UV detector beroperasi dalam respon yang berkecepatan moderat. Teknologi ini sangat tepat untuk digunakan di segala lokasi baik lokasi terbuka atau outdoor dan lokasi tertutup atau indoor.

Multi-Spectrum IR Flame Detektor (MSIR)

Detektor Flame dengan teknologi ini memanfaatkan secara multipel daerah spektral IR dengan tujuan meningkatkan tingkat diferensiasi dari radiasi sumber api maupun sumber non api. Teknologi Flame Detector dengan Multi-Spectrum IR ini sangat tepat untuk area atau lokasi-lokasi yang memungkinkan terjadi risiko kebakaran yang menimbulkan asap. Teknologi ini memiliki sistem operasi berkecepatan sedang karena memiliki kemampuan menjangkau jarak sampai dengan 200 kaki dari sumber percikan api, indoor ataupun outdoor. Multi-Spectrum IR memiliki tingkat kekebalan yang cenderung tinggi terhadap radiasi yang berasal dari IR akibat adanya sengatan panas matahari, percikan akibat aktivitas pengelasan, adanya muatan listrik, hingga pemicu berupa material bersifat panas lainnya.

Visual Flame Imaging Detektor

Teknologi Flame Detektor yang terakhir ini memanfaatkan beberapa perangkat CCD image sensors yang umumnya diaplikasikan pada kamera sirkuit tertutup, serta algoritma pendeteksi api untuk menentukan keberadaan percikan api kebakaran sungguhan. Dengan adanya algoritma, maka gambar video yang didapat dari komponen CCD mampu diproses dan akan dihasilkan analisis mengenai bentuk serta perkembangan api kebakaran sehingga akan dapat dibedakan sumber api dan sumber non api. Teknologi tidak sama bila dibandingkan dengan tiga teknologi yang sebelumnya. Visual Flame Imaging juga bekerja dengan tidak bergantung terhadap gejala yang mendeteksi terjadinya kebakaran seperti adanya cahaya api, emisi karbondioksida, dan sebagainya. Mengingat karakteristik tersebut, teknologi ini akan mungkin digunakan hanya pada lokasi-lokasi yang di dalamnya memang telah biasa terdapat aktivitas pembakaran demi menghindari terjadinya isu alarm palsu atau keliru.

Leave A Comment